Konten edukatif vs viral menjadi dilema besar bagi siswa SMK di era digital saat ini. Sebagai generasi Z yang tumbuh bersama teknologi, siswa SMK Cokroaminoto menghadapi tantangan memilih konten berkualitas. Namun, keputusan ini sangat mempengaruhi masa depan karier mereka.
Media sosial seperti Instagram dan TikTok menampilkan berbagai jenis konten setiap hari. Konten viral memang menarik perhatian banyak orang dalam waktu singkat. Akan tetapi, konten edukatif memberikan manfaat jangka panjang yang lebih bermakna. Siswa vokasi perlu memahami perbedaan fundamental antara keduanya.
Konten viral biasanya mengutamakan hiburan dan shock value untuk mendapat engagement tinggi. Sebaliknya, konten edukatif fokus pada transfer pengetahuan dan pengembangan keterampilan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan pentingnya literasi digital dalam pendidikan vokasi modern.
Siswa SMK yang memilih konten edukatif membangun reputasi digital positif. Mereka menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dan profesionalisme. Selain itu, konten berkualitas tinggi menarik perhatian recruiter dan industri terkait.
Strategi terbaik adalah menggabungkan kedua jenis konten secara seimbang. Siswa dapat membuat konten edukatif yang menarik namun tetap informatif. Misalnya, video tutorial praktikum pertanian atau tips teknologi agribisnis modern.
Konten edukatif vs viral tidak harus menjadi pilihan yang saling bertentangan. Generasi Z cerdas dapat menciptakan konten yang viral sekaligus edukatif. Hal ini membutuhkan kreativitas dan pemahaman mendalam tentang target audience.
Pilihan konten mencerminkan karakter dan visi masa depan seseorang. SMK Cokroaminoto mendorong siswanya menjadi content creator yang bertanggung jawab. Dengan demikian, mereka siap menghadapi tantangan dunia kerja digital.
Kesimpulannya, siswa SMK perlu bijak memilih antara konten edukatif dan viral. Keputusan ini akan membentuk personal brand mereka di masa depan. Oleh karena itu, prioritaskan konten yang memberikan nilai tambah dan manfaat berkelanjutan.
Comments are closed